Sulbar.com -
Tuhan, Aku Malu Meminta Panci Padamu
Tuhan,.
Aku malu meminta panci padamu
Sedang segala keterbatasan tak ingin lepas dalam rangkulanku
Kusisir segala penjuru jalan ibukota
Mengetuk pintu-pintu pembatas
Hingga lebam jari pertanda malu
Namun tak kudapati sepasang bola mata indah yang iba pada gerikku
Ini hanya sebuah benda bernama panci yg kuminta
Bukan rumah, mobil, perhiasan, atau jabatan angkat derajatku
Walau panci bekas pakai tak mengapa
meski tlah nampak hitam gosong didasarnya
Aku hanya ingin memasak air hingga mendidih
Lalu kucampur beberapa liter air sumur belakang rumah
Hingga terasa mengepit tangan diketiak
Hanya cara sederhana penghangat tubuh ayah
saat berwudhu subuh nanti...
Pinggiran Kota Wonomulyo
Ejekan Sang Penyairkuliarkan mataku pada setiap yang terlihat
dengan segala yang condong karna gemerlapnya
indah katamu
hatiku menciut
membangun kandang hewan pun aku tak mampu
keterasingan yang membuatku terkurung
membawaku tetap terus bekerja
tapi mulutpun tak henti berkeluh
masih tetap saja bercumbu dengan kesengsaraan
inikah keadilan?
dibalik kesenanganmu menikmati kekayaan
sedang aku yang tak pernah terlirik sedikitpun
nampak sibuk mengais sampah mencari kehidupan
inikah kedamaian?
cuih
damai hanya milik perampok bercadar
mata indahnya akan sibuk mencari
tanah mana lagi yang harus dijarah
coba lihat
setelah 5 tahun berlalu
para pembesar kembali mengumbar janji
akan sejahtera katanya
setelah itu semua tak ada lagi
aku tetap menjadi yang termiskin
yang tertindas,semakin teraniaya
sedang yang kaya,makmur dan berjaya
kita hanya dapat melihatnya dibalik kaca mobil mewah
Pinggiran Kota Wonomulyo