Sulbar.com - Ada yang berbeda dengan suasana belajar mahasiswa Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Al Asyariah Mandar (Unasman), Sulawesi Barat. Pada umumnya para mahasiswa menggelar kajian di dalam ruangan di tengah suasana yang tertutup pula formal. Namun kali ini, mahasiswa FAI Unasman mencoba berinovasi dengan melakukan kajian di luar ruangan
Adalah diskusi dan kajian yang digelar pada 1 Mei lalu di salah satu sudut pelataran area sport centre Polewali Mandar. Kegiatan ekstra kampus yang digelar mulai pukul 14.53 itu merupakan upaya merekam kembali jejak para aktifis pergerakan dengan gaya santai, santun, sopan dan serius. Alasannya cukup sederhana, melalui metode pengkajian di luar ruangan itu seakan menyiratkan sebuah harapan agar peserta tidak terlalu tegang.
Dalam diskusi melingkar sore itu, tampak mahasiswa FAI Unasman serius juga santai membincang seputar studi klub ekonomi sebagai bahagian dari niat untuk menambah kualitas diri, menambah pengalaman, wacana dan khazanah keilmuan tentang pentingnya arti jurusan ekonomi syariah islam.
Ditambah lagi kurangnya ilmu pengetahuan yang diperoleh saat mengenyam perkuliahan. Serta realitas yang menggambarkan kayanya inovasi namun tak banyak mahasiswa yang meminati. Akhirnya forum itu digagas. Forum ini merupakan formula baru dalam menghadapi gaya zaman yang semakin memarginalkan warga pada lokalitas dan identitas budaya di dunia kemahasiswaan.
Dan dengan hanya bermodalkan papan tulis kecil persegi empat dan duduk bersila sekelompok mahasiswa FAI Unasman dengan difasilitasi Badan Eksekutif Mahasiswa FAI kajian itu kemudian tampak berlangsung santai dan dikepung dengan nalar kritis dan antusiasme dari para peserta kajian. Hal itu tampak dari wajah-wajah mereka yang tampak sumringah mengikuti setiap kata dan mimik dari pemateri yang secara khusus menghadirkan Safaruddin S.Sy dan Sahabuddin S.Sy keduanya alumnus FAI Unasman.
Sedikit Bukanlah Soal
Dalam materinya, Safaruddin mengatakan, yang dibutuhkan kini adalah inovasi dan kecakapan. "Dalam dunia usaha, kita harus tahu yang namanya ATM yakni Amati, Tiru dan Modifikasi. Sebab yang membuat daya jual menjadi tinggi adalah karena inovasi dari para pengusaha. Rasa boleh sama, bentuk boleh persis tapi persoalan tempat tidaklah sama sehingga itulah harga jualnya," ungkap Safar panggilan akrab pemateri yang kini tercatat sebagai salah pegawai pada Bank Rakyat Indonesia Unit Sumarorong ini.
Menurutnya, jumlah mahasiswa yang sedikit bukanlah soal, yang soal adalah bagaimana mahasiswa memiliki kapasitas, motivasi dan kemauan untuk selalu berbuat dan belajar, utamanya terkait dengan disiplin ilmunya. "Dulu mahasiswa di FAI sangatlah sedikit namun tidak mempengaruhi kualitas para mahasiswanya. Dengan tekad yang kuat tiga panji dari FAI menjadi kiblat percontohan pada zamannya," tuturnya serius mengenang masa kuliahnya dulu yang jumlah teman seangkatannya masih amat sedikit.
Seirama dengan itu, Sahabuddin, juga alumnus FAI Unasman yang kini menjadi pegawai pada Bank Mandiri Cabang Mamuju dalam materinya mengatakan, bahwa dunia usaha dalam bidang ekonomi itu seperi musik yang butuh perbaduan. "Mahasiswa FAI harus mempunyai gaya dan karakter tersendiri. Terlebih dalam dunia usaha. Kemudian berbicara masalah ekonomi, ekonomi dapat memasuki segala lini yang ada, Yakinlah, seperti perpaduan antara musik dan ekonomi. Itu pasti bisa," ungkap Sahabuddin.
Sekedar diketahui, yang menarik dari kajian sore itu, tampak sejumlah peserta dengan amat serius mengikuti setiap sesi materi yang disampai secara kocak dan membuat mereka tampak sesekali terbahak-bahak.
Tak pelak, warga yang lalu lalang disekitar tempat mereka lesehan itupun merasa asing dengan keberadaan mereka sore itu dan itu tampak saat warga lewat tak sedikit yang mengernyitkan keningnya. Seakan dalam benak mereka menemukan sesuatu yang aneh ditempat yang sejatinya adalah ruang olah raga tiba-tiba mendapati sekelompok mahasiwa yang justru tampak asyik berdiskusi sore itu.
Tidak terasa diskusi berlangsung hingga dua jam lebih. Akhirnya sore menjelang petang. Wajah buram langit yang menunjukkan akan hujan. Dan akhirnya kajian/diskusi ditutup oleh Safaruddin S. Sy dengan berpesan, "meskipun kita jumlahnya sedikit tidak akan mempengaruhi kemampuan dan kualitas kita. Dan ingat satu hal ATM, Amati Tiru dan Modifikasi," tandasnya di akhir pertemuan.
|