Sulbar.com - Gerakan itu begitu memikat. Sesekali tampak pola lantai yang begitu apik pula piawai dimainkan. Ditemani gerak tangan dan gerakan yang gemulai. Sejumlah perempuan dan lelaki tampak menyatu dalam ritme yang sesekali rancak, sesekali pula melamban. Ditambah kostum dalam warna khas tradisi bumi Kondo Sapata.
Di momentum yang tak berjarak, tiupan musik bambu yang mengalun indahpun seakan mampu menyapu. Dan lalu bergerak menyatu dalam desah angin malam tanah Madatte. Irama itu tidak saja membangunkan nuansa, tetapi juga memukau dan seakan mengajak para penyaksinya untuk segera melakukan migrasi imajiner ke tanah Kondo Sapata pada masa lalu.
Tak pelak, ribuan penonton yang memadati panggung utama pertunjukan kesenian Polewali Mandar Internasional Folk And Art Fesitival (PIFAF) 2017 yang juga menghadirkan 17 negara asing itupun, kemudian terbius dalam pertunjukan yang terbilang sukses dan cukup spektakuler itu.
Kehadiran, rombongan seni budaya dari Kabupaten Mamasa memang terbilang serius. Betapa tidak, sedikitnya sekitar 110 orang, personil paket seni budaya Mamasa sengaja diturunkan dari dataran tinggi lembah Quarles itu untuk ikut unjuk pentas di PIFAF jilid dua dengan dikawal khusus sejumlah satuan kerja perangkat kerja dinas Pemkab Mamasa.
Sukses tentu saja terdulang baik. Itu terlihat dari pertunjukan yang sukses dengan penampilan yang begitu hebat dan mampu membuat panitia penyelenggaran, untuk akhirnya memutuskan meminta kesiapan duta seni budaya Mamasa itu menambah jadwal pentasnya. Dari yang sedianya hanya akan mentas satu kali, akhirnya disepakati untuk kembali menambah jadwal pentasnya.
Dari lebih seratus personil duta seni budaya itu, sejumlah personil diantaranya adalah mereka yang tergabung dan telah mengkhatamkan komitmen berkeseniannya di dalam komunitas Sanggar Seni Wai Sapalelean Kabupaten Mamasa.
Adalah tari bulu londong dan musik bambu asal Kabupaten Mamasa-lah pasalnya. Ya, mereka yang secara khusus telah unjuk pentas di Area Sport Centre Polewali Mandar, Selasa 1 Agustus 2017 lalu.
"Selain kami menampilkan musik bambu dan tarian bulu londong, pakaian adat Mamasa juga ikut kami tampilkan dan melibatkan sekitar 110 orang personil yang berasal dari berbagai organisasi perangkat daerah dan Sanggar Seni Wai Sapalelean yang juga merupakan binaan Dinas Pariwisata Mamasa," tutur Agustina Toding, Kepala Dinas Pariwista Mamasa.
Menurut Agustina, kehadiran personilnya di Polewali Mandar itu merupakan bahagian dari cara pihaknya Pemkab Mamasa dalam merespon undangan yang dilayangkan Pemkab Polewali Mandar.
"Inilah bentuk respon positip kami atas undangan Pemkab Polman. Melalui momentum ini, kita harapkan selain, sebagai ajang promosi wisata kami dari Mamasa.
Juga menjadi ajang pengenalan Mamasa melalui usungan tampilan paket seni budaya. Semoga Mamasa bisa kian dikenal oleh seluruh belahan dunia. Apalagi, kegiatan ini menghadirkan 17 Negara luar yang telah ikut ambil bagian dalam menonton dan menyaksikan langsung kekayaan pariwisata serta adat dan istiadat yang dimiliki Mamasa," ujar Agustina.
Lebih jauh, Agustina berharap pula event PIFAF 2017 dapat menjadi contoh baik untuk Kabupaten Mamasa. Sehingga ke depan Mamasa juga bisa melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Pemkab Polewali Mandar.
Perlu dicatat pula, tari bulu londong adalah salah satu tarian tradisional berjenis tarian perang yang berasal dari daerah Mamasa Sulawesi Barat. Tarian ini merupakan tarian yang dibawakan oleh para penari lengkap dengan berpakaian dan senjata, layaknya para prajurit tempo dulu.
Sejarah tari bulu londong sendiri sebagaimana termuat dalam berbagai catatan, awalnya merupakan tarian yang diperankan para prajurit sepulang dari medan perang. Gerakannya merupakan perayaan kemenangan berbalut kegirangan. Gerakan yang belakangan dikenal sebaga gerakan tari bulu londong.
Sejatinya tari ini merupakan simbol ungkapan rasa syukur dan kegembiraan atas keberhasilan serta kemenangan yang didapatkan.
Tak heran, jika para penari yang juga merupakan para prajurit itu, membawakan tariannya lengkap dengan senjata dan usungan kepala musuh yang berhasil ditaklukkan di medan laga.
Kepala musuh tersebut sengaja diusung, sebagai cara mempertunjukkan kepada warga ihwal kesuksesan dalam memenangkan peperangan. Ya, sebagai bukti kemenangan pula kehebatan.
|