Sulbar.com - Gelaran Bioskop Budaya yang digelar oleh Panitia Festival Budaya Sulbar (FBS) 2015 malam tadi di pelataran Masjid Pancasila Universitas Al Asyariah Mandar (unasman) berlangsung meriah, mahasiswa dari berbagai organisasi intra kampus ditambah beberapa komunitas dari luar seperti Sikola Paqbanua tampak tumpah dan duduk bergerombol dalam posisi bersila di atas karpet berwarna merah.
Acara pemutaran filem yang dimulai dengan tembang marawis dan shalawatan yang dibawakan oleh Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Annabhani Unasman diisi dengan pemutaran dua filem yakni filem dokumenter bertema pendidikan berjudul "sekolah kami hidup kami" dan filem pendek bergenre budaya pop berjudul "delusi".
Rektor Unasman, Chuduriah Sahabuddin dalam sambutan pembukaannya menyebutkan, pihaknya amat sangat berbangga karena dalam satu hari, ada dua even penting yang digelar di kampus yang berjuluk kampus biru itu. "Kami sangat bangga dan tersanjung, karena pada hari ini di kampus tercinta kami ini, digelar dua event besar. Yakni siang tadi, kami bersama Kodim Polewali Mamasa menggelar pameran alutista TNI. Dan pada malam ini, kembali kita berkumpul di pelataran masjid kampus ini untuk menggelar bioskop budaya yang bekerjasama dengan PBS 2015," ujarnya.
Cuhuduriah menyebutkan, pilihan kampus Unasman sebagai venue awal dari seluruh rangkaian festival budaya Sulbar ini adalah pilihan yang tepat. "Ini adalah pilihan yang tepat, karena Unasman ini adalah satu-satuya universitas yang berani melekatkan Mandar sebagai ruh utamanya perjuangannya. Dimana kami Unasman mencoba mensinergikan antara pendidikan, agama dan budaya. Ini adalah amanah besar sebagai titik awal festival budaya Sulbar 2015," urainya.
Lebih jauh Cuhuduriah berharap, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Barat kelak dapat pula mengagendakan untuk menggelar semacam seminar atau kongres kebudayaan Mandar di Unasman. "Kami menyampaikan salam hormat kami kepada Bapak Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Barat, kiranya bisa menjembatani untuk kelak kembali bisa bekerjasama dengan kami untuk menggelar seminar kebudayaan Mandar disini. Sebagamana dulu sekitar tahun 80-an di kampus kita ini juga pernah digelar acara seminar kebudayaan Mandar," ujarnya.
Sementara itu, Mutmainnah Ketua Prodi Bahasa Indonesia FKIP Unasman dalam pengantarnya juga menyebutkanm bahwa, menengok kebudayaan Mandar adalah menengok Unasman, "karena kiblat kebudayaaan Mandar pada lembaga pendidikan ada di Unasman. Hal itu bisa kita temukan dalam mata kuliah pada kurikulum kami yang menempatkan mata kuliah sastra pentas atau penyutradaraan, juga mata kuliah sastra Mandar. Tentu saja kami mengingkan generasi Mandar dan siapapun yang kuliah di Unasman kelak bisa menjadi alumnus yang kreatif," ujarnya.
Senada dengan itu, Muhaimin Faisal yang mewakili Panitia FBS 2015 dalam responnya yang filosofis menyebutkan, "saat ini yang kita butuhkan adalah esensi bukan eksistensi. Kita butuhkan latihan terus menerus, termasuk melalui event seperti ini, untuk melatih kepekaan kita. Dan saya kira penempatan Unasman sebaga titik start Festival Budaya Sulbar 2015 ini bukanlah kebetulan. Kita berharap ruh annanggurutta Prof KH. Sahabuddin pendiri Unasman ini menjadi saksi awal bahwa festival budaya dimulai di sini di Unasman. Karena hemat saya, titik berangkat itu amat penting sekali, setelah sekian lama kita kehilangan kepercayaan, dan besar harapan saya kepada anda semua yang mahasiswa. Hanya kepada andalah kini saya bersedia untuk serius. Termasuk melalui kegiatan ini," bebernya di acara yang selain melibatkan Kosaster Siin Unasman, Himpunan Mahasiswa Jurusan Bahasa Indonesia, juga Pers Mahasiswa Radikal Unasman itu sebagai mitra pelaksana teknis.
Selain Muhaimin yang juga adalah Ketua Dewan Kebudayaan Mandar Sulawesi Barat (DKM-SB), juga mewakili panitia, Zulkifli Pagessa dalam pengantarnya seusai pemutaran dua filem yang ditayangkan secara berturut-turut mengatakan, "belakang ini pengaruh luar terlalu kuat dalam hidup kita, TV menjadi kini menjadi perabot. Karenanya kita butuhkan counter culture dan yang bisa kita lakukan adalah melalui filem. Dimana melalui ini kita berharap kelak teman-tema di Unasman ini tidak lagi menjadi penonton, tetapi sudah mampu menjadi pembuat filem dari tanah Mandar ini. Problem kita selama ini adalah, selalu diminta untuk menikmati produk, bukan membuat produk. Terlebih melalui filem yang bisa dijadikan sebagai media provokasi bahkan pemuatan ideologi kebudayaan. Maka malam ini saya berani mengatakan, bahwa hendaknya kebudayaan itu bertumbuh dan bermula dari kampus. Termasuk dari kampus Unasman ini," tandasnya yang disambut riuh tepuk tangan peserta penonton dan bedah filem bioskop budaya yang ditutup dengan pembacaan doa dari Ustad Adam yang juga adalah alumnus Fakultas Agama Islam Unasman malam itu.
[yat/yat]
|