Sulbar.com - Civitas akademika Universitas Sulawesi Barat bersama para aktivis budaya Sulawesi Barat menggelar diskusi budaya dan bedah film di kampus Unsulbar, kelurahan Tande Timur, Majene. Salah satu tema film yang dibedah itu adalah film dokumenter mengetengahkan jurus politik Basuki Tjahja Purnama atau Ahok yang awalnya politisi lokal Bangka Belitung hingga akhirnya lolos ke DPR RI Senayan dan kini menjadi gubernur DKI Jakarta. Dalam film itu digambarkan perjuangan meraih suara rakyat dengan tanpa "money politik" atau "serangan fajar".
Hadir dalam diskusi budaya dan bedah film di kampus Unsulbar, akhir pekan kemarin itu antara lain, Ketua Dewan Kebudayaan Mandar Sulawesi Barat (DKM-SB), Muhaimin Faisal, Ketua Dewan Kesenian Sulbar (DKSB), M. Syariat Tajuddin, Kepala Bagian Kemahasiswaan Unsulbar Abdi Manaf, Dosen FISIP Unsulbar, Farhanuddin yang juga bertindak sebagai pengarah dialog serta Zulkifli Pagessa atau yangkarib disapa "bang Uun", sutradara dan penggiat film dari Palu, Sulawesi Tengah serta ratusan mahasiswa Unsulbar.
"Film ini menarik untuk dikaji, didiskusikan bukan hanya karena Ahok yang dari politisi lokal Belitung jadi gubernur DKI, juga karena jurus - jurus yang digunakan Ahok meraih simpati dan suara rakyat digambarkan berani, unik serta kreatif," kata Kabag Kemahasiswaan Unsulbar, Abdi Manaf usai pemutaran film.
Film berdurasi sekitar 1 jam itu berkisah tentang perjuangan seorang caleg (Ahok-red) di pemilu 2009 untuk tembus ke DPR-RI. Digambarkan sejumlah tantangan yang dihadapi saat berkampanye hingga pemungutan suara. Tantangan itu antara lain, budaya transaksional saat pemilihan hingga kampanye hitam yang terjadi menjelang pemilihan.
Setelah bersama-sama menonton film menggunakan layar lebar dengan dukungan mobil bioskop keliling Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulbar, digelar diskusi. Kendati mengambil latar Ahok, namun dalam diskusi lebih banyak juga mengetengahkan soal konsep pemilihan yang ideal, bagaimana mencari pemimpin dengan menggunakan hati nurani tanpa terpengaruh dengan iming - iming uang dan atau barang.
Konsep pemilihan pemimpin yang mengedepankan kejujuran, ketegasan dinilai sejalan dengan prinsip dan nilai budaya di Mandar yang juga mengutamakan kejujuran, kearifan dan kecerdasan seseorang untuk diangkat sebagai pemimpin.
Ketua DKM-SB, Muhaimin Faisal menjelaskan diskusi budaya dan pemutaran film ini sebagai rangkaian dari Festival Budaya Sulawesi Barat dalam rangka HUT Sulbar. "Ada banyak nilai - nilai budaya luhur dari Tanah Mandar ini yang perlu terus kita rawat, kami berharap dengan diskusi malam ini semakin memperkaya pengetahuan kita tentang budaya Mandar," kata Muhaimin.
Diskusi berlangsung menarik, mahasiswa aktiv memberikan masukan, menyampaikan tanggapan misalnya tentang bagaimana menciptakan iklim demokrasi yang sesuai dengan nilai - nilai budaya Mandar.
"Kampus sebagai lingkungan ilmiah senantiasa tanggap dan merespon apa yang terjadi disekitarnya, alhamdulillah malam ini diskusi budaya berlangsung semarak, dialog aktiv terjadi," kata Farhanuddin yang juga dosen FISIP Unsulbar.
Diakhir acara bang Uun menantang kreatifitas para mahasiswa yang memiliki bakat dan minat bidang film untuk bersama -sama dengannnya membuat film dokumenter.
[FHN/yat]
|
Home
Accomodation :
