Sulbar.com - Siang beranjak malam. Sinar mentari tergantikan oleh cahaya rembulan. Roman keheningan semakin terasa kala senja tak lagi tampak. Malam ini begitu banyak kunang-kunang di tepi jalan. Ada yang hanya memancarkan sinar tak bergerak, ada yang terbang kesana- kemari dengan pancaran sinar yang menggoda hati, dan ada pula yang tengah bergerumun diantara semak belukar memancarkan sinar layaknya sorotan lentera.
Seorang anak muda dengan paras yang menggoda berjalan di sekitar kompleks dekat taman. Langkah kakinya nampak seperti sosok pria dewasa. Bagaimana tidak, era modernisasi telah mengubah segalanya. Terutama dalam masalah pergaulan dan cara berpakaian. Padahal negeri kita ini dulunya identik dengan tatakrama yang baik dan cara berpakaian yang sopan.
Setelah melewati beberapa kompleks, kini tinggal beberapa langkah lagi ia sampai di bangku taman yang kosong. Di tengah perjalanan menuju taman, dengan rasa percaya diri anak muda itu sesekali melontarkan rayuan gombal untuk para gadis yang kerap kali ia temui di sela perjalanan.
Beribu-ribu bintang di langit.
Hanya satu yang paling terang.
Beribu-ribu gadis di dunia.
Hanya kamu yang kusayang.
Lagi-lagi para gadis meledeknya dan menghinanya. "Dasar play boy, lelaki hidung belang. Disana-sini ngomong aku sayang kamu. Tau diri dikit donk," tutur gadis-gadis itu dalam nada mencibir.
Anak muda itu terus berjalan setelah mendengar ungkapan para gadis untuknya. Ia sama sekali tidak menghiraukannya. Di sudut taman,tepatnya dibangku yang tadinya kosong itu ternyata sekarang ada yang menempati. Seorang gadis cantik berhijab tengah duduk menikmati cahaya bintang. Parasnya memang rupawan, namun anak muda itu tidak tertarik dengan gadis seperti itu.
"Gadis seperti itu pasti sulit untuk dideketin, tapi mungkin kalau udah bisa dideketin pasti langsung harus dinikahin," batin pemuda itu.
Langkah kaki pemuda itu langsung berputar arah meninggalkan tujuan utamanya,yaitu bangku kosong. Tiba-tiba ia melihat sosok wanita yang ia inginkan. Wanita yang berpakaian minim,rambut terurai dan sangat terlihat seksi.
"Ini dia yang kucari," gumamnya lagi.
Dengan sigap ia menghampiri wanita itu. Dirayunya wanita itu dengan buaian kata manis yang keluar dari bibirnya. Sesekali wanita itu tersipu malu oleh rayuan gombal anak muda itu.
Diajaknya wanita itu berjalan di sekitar taman sambil menikmati keindahan taman pada malam hari. Baru-baru saja mereka berjalan, tiba-tiba wanita itu menghilang entah kemana ketika anak muda itu pergi sebentar membeli minum. Pemuda itu celingak-celinguk mencari wanita itu. Akibat kelelahan mencari wanita itu kemudian anak muda itu mengurungkan niat untuk mencarinya lagi.
"Lebih baik aku pulang, dia mungkin sudah pergi bersama lelaki lain," tangkas anak muda itu.
Sebelum anak muda itu berjalan pulang, matanya tak sengaja melirik ke jam di tangannya. Ternyata baru pukul 21:00 Ia memilih mengurungkan niatnya untuk pulang. Pelan ia kembali berjalan di sekitar taman. Tanpa sengaja matanya melirik bangku kosong yang awalnya menjadi tujuan utamaya. Langkah kakinya semakin dipercepat lantaran takut jikalau ada orang yang menempati terlebih dahulu bangku itu.
Setibanya di bangku kosong itu, segera ia merebahkan tubuh di atas bangku kosong itu. Malam itu banyak para pemuda dan wanita tengah bermesraan di bawah sinar rembulan tanpa merasa takut kepada sang pencipta. Ada yang tengah berpengangan tangan,berpelukan dan bahkan ada pula yang berciuman.
Melihat perilaku para pemuda dan wanita itu. Anak muda yang tengah berbaring di atas bangku tadi seperti sedang diputarkan film, lalu anak muda itu mulai sadar akan tingkahnya. Setiap hari anak muda itu hanya menghabiskan waktu dengan para wanita-wanita. Ia bahkan tak pernah berfikir akan harga diri seorang wanita yang seenaknya ia rusak.
Tanpa sadar anak muda itu meneteskan air mata penyesalan akan perbuatannya selama ini. Rupanya bangku kosong itu tempat dimana anak muda itu diberikan hidayah. Hidayah untuk menjadi sosok laki-laki yang lebih baik.
Sulbar, 2014