"Muaq purami di pau Purami di poloa Daq leqba tia Soroq tammappasaqbi" Bila kita sudah berucap Jika mulut sudah berbincang Jangan sampai mencoba diri Surut menghilang tanpa pamit
Jumat, 25 Desember 2015 19:06:17 | Dibaca : 3072 kali
Sulbar.com - Kemarau berkepanjangan beberapa bulan terakhir akhirnya berganti musim penghujan. Meski tak bisa dipungkiri bahwa berbagai peristiwa akibat panas yang berkepanjangan tidak hanya berdampak pada kekeringan tanaman dan retaknya lahan pertanian. Tetapi juga berdampak pada mengering dan meretaknya hubungan antara pemerintah dengan sebagian warga masyarakat.
Rentetan peristiwa terjadi beberapa bulan terakhir diakibatkan oleh kemarau panjang menjadi catatan tersendiri bagi sebagian masyarakat di dua Kecamatan, yakni Kecamatan Tapango dan Kecamatan Matakali. Berawal dari kurangnya debit air dari hulu sungai Desa Kurrak yang menjadi penopang sekaligus satu-satunya sumber air yang mengaliri area persawahan seluas kurang lebih 3.000 Ha.
Penyebabnya diyakini adalah pembangunan proyek instalasi pipa air bersih. Akibatnya luka masyarakat di dua kecamatan tersebut pelan menganga, bahkan seakan tak terperihkan. Bagaimana tidak, sumber penghidupan menjadi hilang dan meraib.
Berbagai aksipun muncul menandai adanya ketidakadilan yang dirasakan oleh masyarakat, hingga pada puncak terjadinya pengrusakan pada sebagian kecil material dari proyek pembangunan instalasi air bersih tersebut berdampak pada di penjarakannya empat orang yang disinyalir biang pelaku pengrusakan.
Kejadian ini semakin membuat luka hati masyarakat kecamatan Tapango dan Kecamatan Matakali semakin menganga, ditambah lagi dengan kebijakan pemerintah yang dirasakan kurang berpihak kepada mereka.
Meminta Perhatian Pemerintah
Bulan Desember menjadi kelabu bagi sebagian orang, apalagi bagi Nia Daniaty yang mencurahkan kegalauan hatinya lewat lagu "Desember Kelabu". Tapi tidak dengan masyarakat petani yg ada di Tapango dan Matakali. Desember menjadi bulan yang penuh berkah, tersebab, bulan ini kembali menjadi titik awal kebangkitan kembali rasa dan semangat yang terpuruk oleh kemarau yang panjang dengan datangnya musim penghujan.
Geliat kehidupan ditandai dengan aktivitas rutin petani kembali terlihat di Tapango dan Matakali. Deru mesin traktor terdengar dari datangnya fajar hingga terbenamnya matahari. Seakan duka dan galau akan rentetan peristiwa pada beberapa bulan terakhir menjadi tertutupi dengan rutinitas keseharian mereka.
"Ini adalah berkah dan anugerah dari Allah SWT, dengan menurunkan Hujan di bulan Desember," tutur Harto disela rutinitasnya saat di temui oleh SulbarDOTcom.
Kendati begitu, Harto tetap berharap ada perhatian khusus dari Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar terkait penambahan debit air dan pembebasan atas penahanan atas empat orang warga Tapango. Hingga harapan untuk dilakukannya peninjauan ulang atas proyek air bersih.
"Kami berharap Pemkab Polman secepatnya merealisasikan penambahan debit air dari manapun sumbernya serta membebaskan empat orang yang ditahan saat ini. Juga kami meminta kepada pemerintah untuk meninjau ulang proyek air bersih yang mengambil sumber air yang sama pada persawahan kami," tambah Harto.
Situs ini merupakan situs berita online independen seputar wilayah Sulawesi Barat This site is an independent online news sites around the area of West Sulawesi