Sulbar.com - Kerinduan mendalam untuk bersua dengan ibu terpancar nyata di wajah remaja cilik itu. Dan itu jelas tampak saat SulbarDOTcom bertandang ke Panti Asuhan Cappaloga Mamuju di Kampung Donga Kali Mamuju Kelurahan Binanga Kecamatan Mamuju. Gadis cilik yang bernama Harlita Mahmud itu telah menjadi penghuni tetap panti sejak masih berumur enam tahun dan kini tengah tercatat sebagai pelajar kelas V SDN Nomor 5 Mamuju. Kepada SulbarDOTcom, anak kelima dari enam bersaudara itu mengatakan, dirinya akhirnya harus menerima garis nasib sebagai penghuni panti, tepat ketika bapaknya, Mahmud meninggal.
Ditinggal Mahmud, Hamisa ibu kandung Harlita kemudian menikan lagi dengan lelaki sekampungnya di Kalumpang. "karena saya rewel sementara adik saya bungsu masih tetap digendong ibuku ditambah lagi dengan kemiskinan yang mendera keluarga kami terpaksa ibuku memutuskan untuk membawaku ke panti menyusul kakakku Herlina yang sebelumnya juga telah ada di panti sebelumnya," tutur Harlita.
Harlita mengatakan, Panti yang berjarak ratusan kilo jaraknya dari rumahnya di Kalumpang itu terpaksa menjadi tempat keduanya, padahal usianya ketika itu baru saja menginjak enam tahun.
"Iya saat itu usia saya baru menginjak enam tahun dan saya sudah harus ikut kakak yang sudah ada di panti sebelumnya dan itu artinya sejak itu saya sudah harus terpisah dengan ibu. Padahal sebagai anak kala itu saya masih amat sangat membutuhkan kasih sayang dan belain ibuku," sebutnya seraya menundukan mukanya seakan hendak menyembunyikan matanya yang berkaca-kaca.
Harlita menyebutkan selain terpaksa, dirinya belakangan juga tersadar bahwa jarak dan rindu pada ibunya itu haruslah ditahankannya. Sebab, andai dirinya tetap bertahan bersama ibu dan ayah tirinya yang hanya petani kecil di Kalumpang sudah pasti dirinya tidak akan bisa mengenyam pendidikan.
Saat ditanya pernahkah dirinya kembali ke kampungnya dan ketemu ibu dan ayah tirinya di Kalumpang, dengan santun ia mengatakan baru sekali ia pulang selama 11 tahun berada di panti. "pernah sekali waktu hari raya kemarin. Saat itu ada keluarga yang datang menjemputku. Tetapi saya juga tidak lama di kampung karena harus masuk sekolah".
Dikatakannya Herlita, sebagai anak panti, dirinya harus mandiri. Dan ia beruntung, karena kakaknya yang kini sudah duduk di kelas VIII SMP 2 Mamuju juga adalah pembimbingnya dan pengasuh di panti. "Ya, kakak sayalah yang menjadi pengasuh dan pembimbing saya di panti ini. Sering saya dan kakak saya terpaksa harus memendam rindu. Tetapi apa daya demikianlah takdir yang harus kami jalani. Tidak seperti anak yang lain di sekolah diantar ibu dan bapaknya diberi uang jajan. Sedang kami hanya mampu menelan air liur. Termasuk saat kami melihat teman-teman kami masuk di kantin sekolah. Kami hanya busa meminta untuk minum air putih agar bisa bertahan belajar hingga kembali ke panti," ungkapnya kian pelan.
Ia mengatakan, kini tidak lagi ada pilihan lain, "kami hanya bisa pasrah kepada Tuhan yang maha kuasa dan tetap mengikuti perjalanan waktu. Entah akhirnya kelak kami berdua akan seperti apa masa depan kami, biarlah Tuhan yang menentukan," ungkapnya lagi.
Harapan Harlita kini sisa satu, kelak ada yang mau menjadikan dirinya sebagai anak angkat. "Sehingga kami bisa sekolah dengan baik demi mengubah nasib kami dan keluarga kami yang betul betul butuh bantuan ini," ucap Harlita lagi, tanpa bisa lagi menyembunyikan air matanya yang telah jatuh menetes penuh harap.
|