Sulbar.com - Kong Kalikong
Lantaran subuh mulai tak menyapa seperti biasanya menyapa mimpi-mimpi setiap waktunya, ayunan tangan derap langkah tak lagi menari disekitar pencinta malam pun nyanyian pagi hari tak lagi sesejuk kemarin. apa dikabarkan dari paruh baya berkata dengan suara pasrah senyum pun tak begitu nyaman lagi untuk dinikmati.
"apa hendak aku lakukan nak, sementara kehidupanku hanya ada di bawah paling terbawah".
Ha, ada sesuatu telah bermain Kong Kalikong, merampas sebuah hak dan menutup mata namun tak menyadari mata lain membaca wajahnya.
Sebuah permainan anak kecil disulap menjadi permainan orang dewasa. Ini tak jauh beda dengan Gayus, perbedaannya amat tipis. Itu tak terbaca oleh kita sebab telah hadir sangkar dan semua hanya diukur oleh nilai dan nilai. Apalah arti sebuah nilai jika mata hati kita tertutup rapat mendengar cerita-cerita di sekitar tempat menumpuk impian. Paruh baya itu hanya mampu berbagi dengan keikhlasannya.
Kabarkanlah cerita-cerita mereka
Kong Kalikong, Kong Kalikong
Kong, Kong, Kong Kalikong
Semakin tak jelas nasibnya, paruh baya menatap kosong kepada kita. Gayus semakin merdeka saja. Kong, Kong, Kong Kalikong
Lucu, betul-betul lucu.
Paruh baya kau tak sendiri merasakan bagaimana hakmu telah digelindingkan, jangan takut hanya karena statusmu yang amat sangat rendah di muka mereka. Justru kau lebih mulia dibanding mereka jangan takut mememcahkan kong kalikong itu. Sekali lagi kau tak sendiri, kau adalah bagian dari kami.
Kong, Kong, Kong Kalikong
We, Gayus yang sementara duduk dipersidangan, disini perlu kau tau cucumu turut dalam ketenaranmu, berapa banyak lagi cucu-cucumu terus mengganas menggerogoti bermain kong kalikong dibalik meja-meja kekuasaan, seenaknya bermain tunjuk menunjuk mengusir merampas kehidupan paruh baya.
Kong, Kong, Kong Kalikong
Bebas tersenyum munafik, permainan cucu-cucu Gayus merajalela.
Kong, Kong, Kong Kalikong.
Parangtambung, 7 Februari 2011
Senja di Teluk Mandar
laut lepas teluk mandar mengeja cerita senja di dermaga memecah pertapaan karang para pencari ikan
katinting bergemuruh menembus ombak sandeq bertarung jelajahi dunia
mara’dia tetap tersenyum nyanyian sayang-sayang menyelam bersama petikan kecapi
kalinda’da berdendang dalam album kenangan tabuh rebana to tamma’ mempertajam kekahasan tanah mara’dia makam raja-raja masihkah bertabur darah mandar
bersaing di dunia modernitas adakah kita mengingat itu semua?
Majene, 15 November 2012
|