Sulbar.com - Malam itu, Jumat 15 April sekitar Pukul 20.00 wita Masjid Pancasila Universitas Al Asyariah Mandar (Unasman) yang berada di Jalan Budi Utomo Nomor 02 Kelurahan Madatte sontak kembali ramai dengan kegiatan kajian penulisan. Padahal, baru saja sekitar sejam yang lalu Masjid itu juga disesaki dengan sejumlah mahasiwa yang mengikuti pengajian rutin sebagai bahagian dari mata kuliah.
Namun semangat mengaji dan mengkaji itu kembali ramai oleh sejumlah mahasiswa Unasman yang tergabung dalam Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Al Nabhani sebagai bahagian dari kelanjutan pesantren penulisan yang sebelumnya sempat vakum beberapa waktu yang lalu.
Seperti sebelumnya, pesantren penulisan ini kembali menghadirkan Muhammad Syariat Tajuddin, Pemimpin Redaksi Media Online SulbarDOTcom sebagai teman diskusi dan berbagi diseputar penulisan mulai dari penulisan proposal penelitian, jurnaslistik hingga penulisan kreatif lainnya.
Dari seluruh peserta kajian pesantren penulisan itu, tampak kebanyakan masih terjebak pada problem teknik penulisan dan beberapa problem lain dalam melakukan kerja-kerja kreatif penulisan, termasuk penulisan karya ilmiah.
Berangkat dari problem itulah, LDK Al Nabhani Unasman kembali mengaktivasi dan menginisiasi kegiatan kajian rutin pesantren penulisan yang pada awalnya diletakkan oleh Penyair dan Budayawan, KH.D. Zawawi Imron saat ia berkunjung ke Unasman.
Perlu dicatat, sebagai kegiatan kajian rutin, sebelumnya telah ada pertemuan perdana dan diawali dengan merumuskan beberapa rumusan masalah penulisan. Kajian tersebut diikuti pula oleh pengurus LDK Al Nabhani Unasman.
Tercatat sebanyak lima belas orang pengurus lintas fakultas tampak dengan memakai peci serta sarung dan mukena memberikan ciri khusus atau karakter pesantren penulisan. Di tambah lagi duduk halaqah seperti yang di laksanakan oleh nabi menyerupai lingkaran tali tasbih melingkar dan mendengarkan penyampaian ilmu pengetahuan.
Dosen Unasman yang akrab disapa, Syariat itu, kepada pengurus LDK Al Nabhani Unasman menuturkan, kegelisahan yang ditemui pada proses kajian, utamanya pada penulisan karya ilmiah adalah calon penulis tidak mengetahui secara pasti rumusan masalah yang akan dikaji.
"Makanya seorang penulis harus mengetahui data dan fakta agar rumusan masalahnya dapat terjawab kemudian ide dan gagasan peserta belum terbangun secara sempurna sehingga sedikit menghambat proses penulisan. Artinya, ketika ingin menjadi seorang penulis yang harus dilakukan adalah secara disiplin dan berkelanjutan melakukan pencatatan terkait kelebatan gagasan dan idenya. Setelah dicatatkan dan kemudian dilakukan pelacakan-pelacakan secara reguler atas kekurangan dan kelemahan pada tulisan yang telah dibuat sebelunya itu,” ungkapnya.
Lebih jauh Syariat mengatakan, seorang penulis dalam mengawali tulisan hendaknya melakukan pembacaan. "Membaca ada dua macam yakni membaca peristiwa atau fenomena dan membaca kitab atau buku. Keduanya adalah satu kesatuan yang utuh sehingga dalam hal pembacaan peristiwa akan didukung dengan pembacaan buku atau referensi yang telah di pelajari sebelumnya. Bahkan cara untuk mendaptkan ide dan gagasan tersebut dilakukan dengan mengerjakan dua hal pokok yang tersebut di atas. Kemudian hendaknya seorang penulis membuat tulisan dengan hatinya agar hasil tulisan yang di lahirkan dapat membawa kebaikan bagi siapapun yang membaca tulisan yang dibuatnya".
Syariat juga menuturkan, "ketika sahabat-sahabat sering melakukan penulisan maka dengan sendirinya akan terbangun pola penulisan yang baik".
Begitu antusiasnya peserta pada malam itu, saat pemateri mengupas secara bertahap problem penulisan yang menjadi kegelisahan pengurus LDK Al Nabhani Unasman diantaranya proposal penelitian, novel, kehidupan, jurnalistik, dan opini. Terlebihnya lagi peserta dibekali pula dengan kecakapan standar untuk menganalisa segala peristiwa yang terjadi di masa lampau maupun di hari ini.
Akhirnya peserta kajian semakin mempunyai banyak referensi tentang penulisan dan segera ingin menyertakan dirinya untuk menulis. Sesuai ungkapan salah satu peserta kajian, Karmuji yang juga kader LDK Al Nabhani Unasman, "saya ingin menulis sejarah kampung saya di wonomulyo dengan melakukan tekhnik wawancara kepada pelaku-pelaku sejarahnya".
Hingga pada proses kajian tersebut hampir telah selesai mahasiswa masih memperhatikan secara seksama dan penuh dengan keseriusan serta berharap ke depan mempunyai tulisan yang layak dibaca oleh publik.
Di akhir pertemuan tersebut pemateri meminta kepada pengurus untuk bersholawat dan berdoa bersama. Tak lain dan tak bukan hanyalah untuk mengharap keberkahan ilmu dan berkah para waliullah dan para panrita, utamanya secara khusus kepada Annangguru, Prof. Dr. K.H Sahabuddin selaku pendiri Universitas Al Asyariah Mandar.
|