Sulbar.com - Sebuah momen sejarah bangsa Indonesia yang kemudian menjadi trendsetter di banyak media sosial tepat saat kalender penanggalan menunjuk angka 1 Juni 2017. Ya, hari lahir falsafah bangsa diatas negara yang dikenal sebagai negara majemuk, negara yang kaya akan keberagaman, suku, agama dan ras.
Kemudian dituangkan dalam sebuah landasan dalam bernegara. Itulah Pancasila yang menjadi dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang masih kokoh, meskipun segelintir orang terus merongrongnya, Pancasila yang tidak lekang oleh zaman.
Sebuah pedoman dasar negara yang sudah final dalam bernegara dan berbangsa. Tepatnya 1 Juni 1945, presiden Soekarno dalam sebuah pidatonya menyebutkan tentang nama dan konsep Pancasila sebagai ideologi dasar negara. Kala itu menjadi langkah baru bagi sejarah peradaban bangsa Indonesia untuk menjadi negara yang lengkap diatas konsep asas ketuhanan dan kemanusiaan.
Dihari bersejarah itulah lahir seorang manusia yang dipundaknya akan membawa spirit perjuangan kepada para pendiri bangsa ini. Yang diharapkan mampu menelaah nilai-bilai rasa kemanusiaan diatas semua golongan. Menjadi pembeda terhadap karut marutnya sebuah sistem yang telah dipertontonkan oleh generasi sebelumnya pra dan pasca era reformasi.
Kamis, Pukul 12.00 wita, 1 Juni 2017. Tepat di bulan ramdan, disaat adzan berkumandang, lahir seorang anak laki-laki yang tangisannya seakan menjadi pertanda jika ia dan tuhannya telah sepakat dalam sebuah perjanjian untuk hadir di atas dunia. Sebuah tangisan awal kehidupan seorang anak manusia.
Anak yang terlahir dari latar belakang bapaknya yang seorang nelayan dan ibunya yang lahir dari kalangan petani dan pedagang hasil bumi yang kemudian diikat dengan pertalian hubungan keluarga. Cukup kontras memang, terlebih jika ditilik dalam aspek strata sosial. Namun hal itu tidak berlaku bagi seorang anak yang terlahir dari kesucian.
Dialah harapan baru, yang harus menjadi salah satu dari sekian ratusan jiwa warga negara yang akan menjadi penegak demokrasi dan demi keutuhan NKRI. Mengemban amanah, baik secara personal, keluarga, kelompok maupun dalam bernegara. Seorang bayi yang juga tak lain adalah duplikat dari kedua orang tuanya. Seorang manusia kelak yang akan menjadi pembeda.
Nak! babak baru telah dimulai, engkau bagaikan kertas kosong yang akan dipenuhi dengan coretan dunia. Hitam putih akan engkau lalui
Nak! kelak engkau akan bertumbuh dewasa, engkau akan menemui berbagai macam rupa manusia, merekalah yang akan mengajarimu dari berbagai sudut pandang pengetahuan.
Nak! bapak istirahat dulu, tidurlah dalam balutan selimutmu yang hangat, karena esok bapakmu akan memasuki masa yang berbeda sebelum engkau terlahir.
Terimalah catatan sawi lopi ini yang juga adalah bapakmu. Semoga catatan ini adalah sejarah yang tertoreh di hari kelahiranmu. Kelahiran yang mengharuskanku untuk mengucapkan selamat pada dua momentum. Selamat kelahiranmu di ramadan dan selamat kepada negeri kita di hari lahirnya Pancasila ideologi kita bersama nak.
Camkan satu hal, bapakmu memang kini belum mampu untuk membelikanmu kereta bayi juga pernak pernik bayi yang mahal dan yang biasanya terbeli oleh meraka yang mapan secara kapital. Tetapi bacalah tulisan ini kelak, bahwa catatan ini sungguh berangkat dari kesungguhan bapakmu yang akan serius belajar menjadi ayah bagimu.
|