"Apa ande di suruga Pewongan di alleqna zikkir Tambottuq Lailaha Illallah." Apa gerangan santapan di surga Bekalan diperantaran zikir Yang tak pernah putus Kalimat Lailaha Illallah
Tenun Mamasa Kian Hidup Seiring Waktu Dalam Bingkai Nusantara
Perempuan Mamasa sedang Menenu Kain Sabe
Penulis
: FRENDY CHRISTIAN
Rabu, 27 September 2017 08:47:55 | Dibaca : 7428 kali
Sulbar.com - Warisan leluhur seakan menjadi amanah yang harus dijalankan oleh generasi selanjutnya. Itulah gambaran para penenun di Desa Tebassi, Kecamatan Mamasa, Kabupaten Mamasa.
Di Desa Tebassi, puluhan wanita menenun sejak ia berumur belasan tahun dan pekerjaan itu adalah warisan dari leluhurnya turun –temurun.
Tenun Mamasa memang sangat indah dan cantik, namun dibalik kecantikanya itu, membutuhkan tetesan keringat dan kesabaran yang cukup lantaran pembuatannya cukuplah rumit. Proses pembuatannya memakan waktu yang lama, seakan waktu begitu akrab dengan mereka. Untuk menenun selembar kain “Sambu” atau selimut diperlukan waktu sekitar 2 minggu sampai tiga minggu lamanya.
Seorang penenun Magdalena, yang sempat dijumpai di Desa itu menuturkan, menenun adalah pekerjaan yang digelutinya sejak ia berusia belasan tahun yang telah di ajarkan oleh orang tuanya kepadanya. Sejak belia perempuan – perempuan di Desa itu sudah pandai dalam menenun hal itu disaksikan dimana sejumlah anak perempuan yang sekira berumur belasan tahun sudah lihai dalam memainkan alat – alat tenun tradisional itu. Selain karena warisan leluhur yang harus dilestarikan juga sebagai salah satu cara dalam mensiasati kerasnya kehidupan untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari.
Magdalena berkisah, dalam menenun ada sebuah hal yang cukup rumit dan membutuhkan waktu lama yakni saat membuat motif pada kain tenun yang dikerjakanya.
“Yang sulit saat kita membuat motif, karena kita serba hati – hati dan tak boleh salah” ujarnya, selasa 26 september 2017.
Selain itu, Magdalena bercerita di Desanya ada sekitar 50 perempuan yang seprofesi denganya yang bekerja sebagi penenun namun ia mengaku hasil tenun yang dibuatnya adalah pesanan dari kios penjual kain tenun Mamasa yang berada jalan Poros Mamasa, karena tak punya modal dalam membeli bahan – bahan ia terpaksa bekerja layaknya buruh yang bekerja sesuai pesanan kios – kios pejual hasil tenun.
Tasik, kerabat magdalena juga bertutur dalam selembar hasil tenun yang di buatnya biasa di jual 200 ribu hingga 400 ribu tergantung corak atau motif dari kain tenun yang dibuatnya apakah berupa baju atau selimut.
Perjalanan tenun Mamasa memang tak di makan usia yang artinya tak bisa dikikis oleh modernisasi karena tenun Mamasa sudah menjadi corak Budaya bagi masyarakat Mamasa yang berada di pegunungan Sulawesi Barat yang sudah menjadi warisan dari leluhur yang sampai saat ini masih terpelihara.
Selain aktif sebagai awak redaksi SulbarDOTcom, dirinya juga banyak terlibat di berbagai kegiatan pencerahan dan penguatan kapasitas masyarakat dan di dunia kemahasiswaan di Mamasa
I blog frequently and I seriously thank you for your
content. The article has truly peaked my interest.
I will take a note of your website and keep checking for new information about once
a week. I subscribed to your RSS feed as well.
Situs ini merupakan situs berita online independen seputar wilayah Sulawesi Barat This site is an independent online news sites around the area of West Sulawesi